Rabu, 20 Maret 2019

Berhenti Berharap?

Berhenti berharap,
Berhenti berhatap itu seperti apa?
Apa berhenti mengharapkannya?
Berhenti memikirkannya?
Berhenti mendoakannya? Yah, karena mendoakannya berarti masih memikirkannya, bukankah begitu?

Ahh, sekelumit pemikiran tentang harap yang tak sampai, tentang harap yang ada batasannya.
Lalu aku harus bagaimana saat ini,?
Sedang harapku ada padamu,,, maka bantu aku meyakinkan harapku agar tak salah arah dalam berharap.

Ruang Cinta

Aku masih sama seperti yang dulu,
Yang berubah hanya perasaanku,
Dulu aku pernah mengukir namanya di hati,pelan tapi pasti dia membuatku menghapusnya dengan air mata, hingga hati Terkikis goresan luka.

Kini semua terkubur jauh disanubari, melekat sebagai kenangan yang berduri, mengajarkan tentang kesetian yang tak perlu mengharap balasan yang sama.

Sekarang, hadirmu mampu mengobati
Berharap tak akan lagi ada luka yang sama, berharap kamu adalah Takdir yang Tuhan siapkan untukku, untuk kita saling melengkapi dan saling bertahan dalam ruang yang aku sebut Cinta.

Selasa, 11 September 2018

Yahh

Seperti dikhianati memang, di bohongi dengan waktu yg cukup lama... Sesak, pengen teriakk tapi cuma air mata yang mampu mengurangi sesaknya.
Yah, seperti biasa aku hanya bisa pasrah dan mencoba ikhlas. Pantas jika Tuhan memberi Hati yg begitu kuat kepadaku, pantas jika Tuhan Memberikan Sabar yg begitu Panjang kepadaku, pantas jika Tuhan membuat aku menjadi orang dengan kebencian yg minim.

Apapun itu, aku syukuri Tuhan, semua yang engkau tetapkan kepadaku pasti untuk menjadi petuah dan selalu ada Hikmah yg bisa aku petik dari ujian ini.

Alhamdulillah Ala kulli hal

Api Senja

Suara ombak bergemuru, di ikuti hempasan angin, Api membara semakin riuh mengerti kala senja beranjak menjauh...
Gelap,,, senja akhirnya meninggalkan peraduannya, meninggalkan asa menyisakan luka.
Nyala api menjadi penerang, namun membakar hingga arangpun menjadi debu, tak tersisa meski kenangannya...
Telah melebur dan terbang tertiup angin.

Pergi

Sejenak memikirkanmu lagi, dalam lamunan yg memojokkan, menatap jauhh di ujung senja yang ungu...hujan membasahi pipi, menyegarkan hati yang sesak dalam nada bising.
Kala itu di senja yg hening, kita Menghapus janji, mengubur semua kenangan, dan menggantikan mimpi kita menjadi mimpimu dan mimpinya.
Kerelaan dalam hembusan nafas, suatu keharusan dalam hidup tuk melihat kebahagian dimatamu.
Aku mundur dan Pergi beriringan Senja....

Salam,
Yulhie

Minggu, 26 Agustus 2018

Penghianatan

Seseorang pernah berkata padaku jika ia mencintaiku dengan tulus, memintaku menunggunya untuk menuju kehidupan yang bahagia yaitu bahtera Rumah tangga, kenyataannya ia akhirnya memilih jalan itu tapi bukan denganku.
Aku kira semua perkataannya Tulus, ternyata semua tindakannya selama memintaku menunggunya adalah palsu.

Sekarang aku menyadari jika semua hal itu adalah semu. Kepercayaan yg telah aku bangun seketika lenyap dalam semalam, mengerikan memang. Seakan hati ini hanya sebuah papan tulis yg mudah untuk di coret dan kemudian dihapus kembali, tapi ia lupa jika pena yg ia pakai adalah permanen.
Mengerikan, menyakitkan itu yang aku rasai saat tahu penghianatan atas kepercayaan yg telah lama aku bangun. Perasaan hancur bukan lagi sekedar itu, lebih atas kehancuran. Jika aku tidak mengenal Tuhan, mungkin jiwaku tak lagi ada, Namun Tuhan bersamaku, menyayangiku agar tak putus asa karenanya.

Selasa, 17 Juli 2018

Merindumu

Ada rindu datang pagi ini, ia datang bersama embun membasahi pipi.

Rindu itu ia sematkan dalam doa, Pun ia sampaikan lewat angin setidaknya berusaha menerbangkan Rasa, mungkin saja bisa sampai kepada yang di rindu.

Mungkin pandang tak lagi bisa bertemu saat ini, tak lagi ada tegur sapa, apalagi mengharap bersua. Tapi setidaknya, namanya Masih mengalun indah dalam Doa disetiap malam. Tuhan Maha tahu dan mungkin saja luluh dan menyatukan 2 hati itu kembali, yah menyatukan hati dalam ikrar yang suci.

Aku merindumu, calon Imamku

Salam,
Yulhie