PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN
( H. Abbas Saleh, SE. MSi )
Publikasi : Muh. Fachruddin / F.E Akuntansi -Universitas Muslim
Indonesia
TEORI PERTUMBUHAN SCHUMPETER
Joseph Alois Schumpeter pertama kali menyajikan teorinya
mengenai pertembuhan ekonomi dalam buku Theory of Economic Development
yang diterbitkan di Jerman pada tahun 1911 (edisi Inggeris tahun 1934)
buku ini diteliti kembali dan direvisi tanpa mengadakan perobahan
esensiel dan diterbitkan dalam “Business Cycles” (1939) dan Capitalism,
Socialism and Democracy”(1942).
Schumpeter berpangkal dari asumsi mengenai perekonomian yang
bersifat persaingan sempurna yang berada dalam keseimbangan stabil.
Dalam keadaan stabil seperti itu terjadi keseimbangan persaingan
sempurna: tidak ada laba, tingkat bunga, tabungan, investasi
daninvoluntary unemployment. Keseimbangan itu dibandingkan dengan apa
yang disebut Schumpeter The Circular Flow” yang berlangsung sama terus
menerus dari tahun ke tahun seperti seperti peredaran darah dalam
organism binatang. Kata Schumpeter” Arus sirkulasi itu merupakan suatu
arus yang bersumber dari tenaga kerja dan tanah, dan mengalir dalam
setiap priode ekonomi ke reservoir yang kita sebut pendapatan, dengan
tujuan dirubag menjadi pemuas kebutuhan. Arus sirkulasi itu mengalami
perubahan spontan dan discontinue gangguan keseimbangan yang untuk
selanjutnya merobah dan menggantikan keadaan equilibrium yang terjadi
sebelumnya. “Perubahan-perubahan spontan dan discontinue ini dalam
kehidupan ekonomi tidak dipaksakan dari luar tetapi timbul melalui
mekanismenya sendiri. Dan Nampak dalam bidang kehidupan industry dan
komersiel.
Pembangunan merupakan usaha penciptaan kombinasi-kombina baru
berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam keadaan stabil.
Kombinasi baru terjadi dalam bentuk innovasi. Dan Innovasi terdiri atas :
1. Usaha memperkenalkan barang baru.
2. Memperkenalkan metode produksi baru.
3. Pembukaan pasar baru.
4. Pencarian sumber baru untuk persediaan bahan mentah dan atau
barang-barang setengah jadi.
5. Pemunculan organisasi industry yang baru, seperti penciptaan
monopoli.
Perananan Innovator, adalah wiraswastawan. Seorang wiraswastawan bukan
lah seorang dengan kemampuan managerial biasa melainkan seorang yang
memperkenalkan sesuatu yang sama sekali baru. Ia tidak menyiapkan dana
tetapi mengerahkan dana itu. Ia didorong oleh :
a. Kehendak untuk membangun kekuasaan komersial pribadi.
b. Kemauan untuk mendapatkan dan menonjolkan superrioritasnya.
c. Keasyikan menciptakan dan mengusahakan terlaksananya sesuatu,
atau hanya karena menyalurkan energy dan bakatnya. Sifat dan kegiatannya
ditentukan oleh lingkungan social kulturir agar dapat menjalankan
fungsinya dalam ekonomi, ia membutuhkan dua hal :
1. Adanya pengetahuan teknis untuk menghasilkan produk baru.
2. Kekuatan mengatur factor-faktor produksi dalam bentuk kredit.
Menurut Schumpeter, suatu cadangan pengetahuan teknis yang belum
disadap(untapped) harus ada untuk dapat digunakan. Karena itu kredit
sangat penting untuk memulai pembangunan. Sebagai kesimpulan, tingkat
pembangunan suatu perekonomian merupakan fungsi perobahan persediaan
pengetahuan teknis yang dipakai dalam masyarakat. Tingkat penyempurnaan
teknik-teknik produksi tergantung pada tingkat kewiraswastaan yang
diatus oleh besarnya keperluan akan wiraswastawan-wiraswastawan baru
daan penciptaan kredit.
Analisis Schumpeter dan Negara-negara Berkembang.
Teori-teori Schumpeter harus dimasukkan dalam urutan karya
utama, seperti ahli ekonomi terkenal lainnya. Smith,n Ricardo, Mill
Marx, Marshall dan Keynes. Tidak diragukan lagi karya itu penuh dengan
penilaian dan pemahaman beriliant dari seseorang teoritikus yang besar.
Namun aplikasinya bagi Negara berkembang terbatas.
1. Susunan Sosio ekonomi yang berbeda. Teori Schumpeter
berhubungan dengan sosio ekonomi tertentu yang berlangsung di Eropah
Barat dan Amerika pada abad 18 dan 19, dalam priode itu beberapa
prasyarat pertumbuhan sudah terjadi dalam Negara berkembang,
keadaan-keadaan sosio ekonomi sama sekali berbeda dan prasyarat bagi
pembangunan dalam bentuk economic and social overheads belum ada.
2. Kekurangan Kewiraswastaan. Analisa Schumpeter berdasar pada
eksistensi golongan kewira swastaan. Tetapi dalam Negara-negara
berkembang kewiraswastaan yang tepat itu kurang. Dalam perekonomian
seperti itu, laba yang diharapkan rendah dan keadaan teknologi rendah
yang tidak mendorong investasi innovasionil dalam pabrik dan
perlengkapan yang baru. Apalagi kekurangan kekuatan yang tepat,
pengangkutan, tenaga trampil dan sebagainya, tidak merangcang kegiatan
kewiraswastaan.
3. Tidak dapat diterapkan pada Negara sosialis. Analisa Schumpeter
tidak dapat diterapkan pada mayoritas Negara berkembang yang mempunyai
ideology misalnya, penggunaan ukuran-ukuran social dan pajak pendapatan
progresif yang tinggi berlawanan dengan pengembangan golongan
wiraswastawan, karena mereka akan mengurangi laba.
4. Tidak dapat diterapkan dalam ekonomi campuran. Innovator dari
Schumpeter adalah wiraswastawan yang tidak cocok diterapkan dalam
ekonomi campuran. Dalam sebuah Negara yang sedang berkembang, pemerintah
adalah entrepreneur penggerak pembangunan datangnya dari sector
pemerintah dan semi pemerintah. Jadi Schumpeter’s innovator mempunyai
peranan yang terbatas di Negara-negara yang sedang berkembang.
5. Perubahan-perubahan institusionil dan bukan innovasi yang
diperlukan. Untuk memulai proses pembangunan dan membuatnya self
sustaining bukan hanya innovasi melainkannya kombinasi beberapa factor
seperti struktur organisasi, peraktek bisnis, tenaga trampil dan
nilai-nilai tepat sikap dan motivasi-motivasi.
6. Assimilasi innovasi. Menurut Henry Wallich,, proses pembangunan
di Negara yang sedang berkembang didasarkan bukan pada inovasi
melainkan pada assimilasi innovasi yang ada. Karena para wiraswastawan
di Negara-negara berkembang tidak berada dalam posisi untuk mengadakan
innovasi agaknya, mereka mengambil alih innovasi yang terjadi
dinegara-negara maju.
7. Mengabaikan Konsumsi. Proses Schumpeterian bersifat production
oriented sedangkan proses pembangunan merupakan concumtion oriented.
Penilaian ini berdasarkan trent yang sedang berlaku kea rah the welfare
state dimana permintaan dan konsumsi memainkan peranan penting.
8. Mengabaikan Tabungan. Tekanan eksklusif pada kredit bank
mengabaikan peranan tabungan riil dalam investasi. Tekanan itu
mengurangi pula pentingnya difisit financing, budgetary saving, public
credit, dan ukuran-ukuran fiscal lain dalam pembangunan ekonomi.
9. Mengabaikan pengaruh-pengaruh Extern. Menurut Schumpeter,
pembangunan merupakan hasil perubahan-perubahan yang timbul dari dalam
perekonomian. Tetapi dalam Negara berkembang perubahan-perubahan tidak
ditimbulkan oleh factor intern perekonomian, melainkan lebih ditentukan
oleh penngaruh ide-ide, teknologi dan capital yang didatangkan dari
luar. Teknologi yang terbelakang, kemampuan menabung yang rendah,
lembaga-lembaga politis ekonomi dan social yang ketinggalan jaman tidak
mampu mendorong pembangunan dari dalam.
10. Mengabaikan pengaruh pertambahan penduduk dan kekayaan. Apalagi
Schumpeter tidak mempertimbangkan pengaruh pertambahan penduduk dan
kekayaan atas pembangunan ekonomi suatu Negara. Tingkat pertambahan
penduduk yang tinggi akan merendahkan tingkat pertumbuhan ekonomi Negara
berkembang, sedangkan penemuan-penemuan sumber-sumber baru kekuayaan
alam atau penggunaan kekayaan itu secara lebih baik akan mempercepat
derap pembangunan.
PERBANDINGAN ANTARA TEORI PERTUMBUHAN KLASIK DAN NEO KLASIK
Dalam sejarah pemikiran ekonomi penulis-penulis ekonomi diantara
bahagian kedua abad 18 dan permulaan abad keduapuluh ini lazim
digolongkan sebagai kaum Klasik.
Kaum Klasik, merupakan ahli-ahli ekonomi yang mengemukakan analisanya
sebelum tahun 1870, yaitu Adam Smit, David Ricardo, Robert Malthus dan
John Stuart Mill.
Kaum Neo Klasik antra lain adalah Alfred Marshall, Leon Walras dan Knut
Wicksel, Teori tersebut baru mulai dikemukakan pada tahun 1950-an, jadi
hampir bersamaan dengan berkembangnya perhatian ahli-ahli ekonomi
terhadap masalah-maslah pembangunan di Negara-negara berkembang. Teori
pertumbuhan yang utama yang sudah dikemukakan pada masa sebelumnya
adalah teori pertumbuhan ahli-ahli ekonomi klasik, teori Schumpeter
mengenai pembangunan ekonomi dan teori Harrod-Domar.
1. Teori Pertumbuhan Klasik, diambil dasar dari Teori Pertumbuhan
Adam Smith mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang secara sistimatis, agar inti dari proses pertumbuhan ekonomi
mudah dipahami, maka dibedakan dua aspek utama yaitu pertumbuhan output
total dan pertumbuhan penduduk.
2. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik, berkembang berdasarkan
analisis-analisis mengenai panadangan ekonomi klasik, menurut teori ini,
pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan
factor-faktor produksi(penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan
tingkat kemajuan teknilogi. Pandangan ini didasarkan kepada anggapan
yang mendasari analsis klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami
tingkat pengerjaan penuh dan kapasitas peralatan modal akan tetap
sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain sampai dimana
perekonomian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk,
akumulasi capital dan kemajuan teknologi.
Selain dari pada itu dalam memberikan perbandingan antara Teori
pertumbuhan klasik dengan neo-klasik. Pemikiran kaum klasik bahwa
perekonomian secara makro akan tumbuh dan berkembang apabila
perekonomian diserahkan kepada pasar. Sedangkan kaum neo klasik
merupakan oposisi dari pemikiran Keynes. Salah satu pemikiran neo-klasik
adalah Washinton consensus, peran pemerintah dibatasi dengan
mengasumsikan bahwa ada tangan yang terlihat (invisible hand) menrut
Adam Smith yang mengatur ekonomi. Inti dari teori ekonomi klasik adalah
kemakmuran dapat dicapai bila pasar dibiarkan berjalan sesuai dengan
mekanismenya sendiri, tanpa campur tangan pemerintah. Tentunya segala
macam teori yang mendukung adanya campur tangan pemerintah terhadap
pasar akan bertentangan dengan pandangan klasik.
Teori pertumbuhan Neo-klasik melihat dari sudut pandangan yang
berbeda yaitu dari segi penawaran. Dimana factor-faktor produksi yang
dianggap sangat berpengaruh terhadap penambahan output adalah tenaga
kerja dan modalkerja. Salah satu perbedaannya adalah peran pemerintah
dalam pembangunan, ajaran klasik menyakini bahwa peran pemerintah dalam
perekonomian harus dibatasi, pemerintah berperan dalam penyediaan
infrastruktur dan penjamin keamanan, sebaliknya Keynes berpendapat
ekonomi harus di dorong oleh Pemerintah.
KRITIK KUZNETS TERHADAP TEORI ROSTOW
Banyak kritik telah dikemukakan terhadap teori Rostow. Salah satu
pengkritiknya yang utama adalah Kuznets. Dengan menunjukkan beberapa
sifat-sifat yang diperlukan agar sesuatu teori tahap-tahap pertumbuhan
ada manfaatnya. Kuznets menunjukkan bahwa teori Rostow hanya memiliki
sebahagian kecil saja dari sifat-sifat tersebut. Menurut Kuznets, teori
mengenai tahap-tahap pertumbuhan ekonomi perlu ditanggapi dengan serius
hanya apabila dipenhi beberapa syarat berikut : Setiap tahap harus
merupakan tahap yang mempunyai cirri-ciri yang secara empiris dapat
diselidiki kebenarannya; cirri-ciri dari setiap tahap harus cukup nyata
bedanya dengan tahap lainnya; hubungan analisis dengan tahap sebelumnya
harus dijelaskan yaitu bentuk-bentuk proses yang akan berlaku untuk
mengakhiri sesuatu tahap tertentu dan menyebabkan terciptanya tahap
selanjutnya harus ditunjukkan; hubungan analisis dengan tahap berikutnya
juga harus dijelaskan dan ruang lingkup(universe) dalam mana teori
tersebut berlaku harus dengan tegas dinyatakan.
Menurut Kuznets, Perbedaan diantara berbagai tahap dalam teori
Rostow sangat kabur. Tahap prasyarat untuk mencapai lepas landas dan
tahap lepas landas sangat sukar dibedakan karena beberapa cirri-ciri
yang dinyatakan terdapat dalam tahap lepas landas sudah berlaku pada
tahap sebelumnya.Rostow menyatakan bahwa perkembangan dan kenaikan
produktivitas sector pertanian dan perkembangan prasarana akan berlaku
pada tahap prasyarat untuk lepasa landas. Hah ini hanya mungkin berlaku
apabila tingkat penanaman modal meningkat dengan cepat yang dinyatakan
oleh Rostow sebagai salah satu cirri penting pada tahap lepas landas
sudah berlaku pada masa sebelmnya.
Kuznets juga mengkritik kegagalan Rostow dalam menyatakan ruang
lingkup di dalam mana teorinya berlaku yaitu dalam masyarakat yang
bagaiman teorinya berlaku. Walaupun tidak dinyatakan sebenarnya hal ini
tidak sukar untuk diterka. Dengan mudah dapat disimpulkan dari analisas
Rostow bahwa walaupun teoorinya tersebut disasarkan kepada pembangunan
yang berlaku dinegara-negara maju, teori tersebut dimaksudkan untuk
menunjukkan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang akan dilalui oleh
Negara-negara berkembang. Aspek yang lebih penting dari kritik Kuznets
terhadap teori Rostow adalah mengenai terbatasnya cirri-ciri dari teori
tersebut yang dapat diselidiki kebenarannya secara empiris. Menurut
Kuznets sebagaian besar dari cici-ciiri dalam setiap tahap pertumbuhan
ekonomi yang dinyatakan oleh Rostow tidak mudah untuk diuji secara
empiris, dan untuk yang dapat diselidiki, kenyataan yang diperoleh
sangat berbeda dengan yang digambarkan oleh Rostow. Dalam tahap lepas
landas, satu-satunya cirri yang dapat diuji secara empiris adalah
kenaikan tingkat penanaman modal dari 5 % menjadi 10 persen. Data
tingkat penanaman modal dibeberapa Negara barat pada waktu mereka
mencapai tahap lepas landas menunjukkan bahwa tingkat penanaman modal
tidak mengalami pertumbuhan selaju seperti yang digambarkan oleh Rostow,
yaitu tingkatnya meningkat menjadi 2(dua) kali lipat sepanjang masa
lepas landas.
Jumat, 31 Mei 2013
Teori Rostow Terhadap Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi
Teori
Rostow Terhadap Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi
Teori
tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang dicetuskan oleh W.W Rostow yang pada mulanya dikemukakan sebagai suatu artikel
dalam economic journal dan kemudian
dikembangkan lebih lanjut dalam bukunya;
The Stage Of Economic Growth. Menurut Rostow proses perkembangan ekonomi
dasar dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di dunia dapat
digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi yang
dijelaskannya. Kelima tahap pertumbuhan itu adalah ;
1.
Masyarakat Tradisional (the traditional
society)
2.
Prasyarat untuk lepas landas (the
precondition for take-off)
3.
Lepas landas (take off)
4.
Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to
maturity), dan
5.
Masa konsumsi tinggi (the age of high
mass consumption)
1. Masyarakat
Tradisonal
Rostow mengartikan
tahap masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang strukturnya
berkembang didalam fungsi produksi yang terbatas, yang didasarkan kepada
teknologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat sebelum masa Newton. Yang
dimaksud oleh Rostow dengan masyarakat sebelum masa Newton adalah suatu masyarakat yang masih
menggunakan cara-cara berproduksi yang
relatif primitif dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai yang dicetuskan oleh nilai-nilai yang tidak rasional, tetapi oleh
kebiasaan yang telah berlaku secara turun-temurun.
Menurut Rostow dalam suatu
masyarakat tradisional tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas
pe-kerja masih sangat terbatas, oleh sebab itu sebagian sumber daya masyarakat
digunakan untuk kegiatan sektor pertanian.
Dalam sektor ini stuktur sosialnya sangat bersifat hierarkis, yaitu
anggota masyarakat mempunyai kemungkianan yang sangat kecil sekali untuk
mengadakan mobilitas secara vertikal. Maksudnya disini, kedudukan seseorang dalam
masyarakat akan berbeda dengan kedudukan ayahnya, kakenya, dan nenek moyangnya.
Kecil sekali kemungkinan seorang anak petani menjadi tuan tanah atau kelas
masyarakat lain yang lebih tinggi dari petani. Jadi hubungan keluarga dan
kesukuan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap organisasi yang tedapat dalam
masyarakat dan dalam menentukan kedudukan sesorang dalam masyarakat.
Mengenai kegiatan politik dan
pemerintahan dalam tahap masyarakat tradisional, Rostow menggambarkan bahwa
walaupun kadang-kadang terdapat sentralisasi dalam pemerintahan, pusat dari
kekuasaan politik terdapat di daerah-daerah, ditangan tuan-tuan tanah yang
berkuasa dalam berbagai daerah. Kebijaksanaan pemerintah pusat selalu
dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.
2. Prasyarat Untuk Lepas Landas
Rostow
mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan
ciri-ciri penting dari suatu masyarakat: yaitu perubahan dalam sistem
politiknya, struktur sosialnya, nilai-nilai masyaraktnya, dan stuktur kegiatan
ekonominya. Apabila perubahan-perubahan seperti itu muncul, maka proses
pertumbuhan ekonomi dapatlah dikatakan sudah mulai berlaku (wujud). Suatu
masyarakat yang telah mencapai taraf proses pertumbuhan demikian sifatnya,
yaitu pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, sudah bolehlah dianggap
sebagai berada pada tahap prasayarat untuk lepas landas. Rostow mendefinisikan
tahap ini sebagai suatu masa transisi pada ketika dimana suatu masyarakat telah
mempersiapkan dirinya, untuk dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan
yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth). Menurut
Rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan
berlangsung secara otomatis.
Tahap prasyarat untuk untuk lepas
landas dibedakan oleh Rostow dalam dua bentuk. Yang pertama adalah prasyarat
lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan
Afrika; yang dilakukan dengan merombak masyarakat tradisional yang sudah lama ada.
Bentuk yang kedua adalah yang dicapai oleh negara –negara seperti Amerika
serikat, Kanada, Australia, dan Selandia baru, yang dapat mencapai tahap
prasyarat lepas landas tanpa harus merombak sistem masyarakat tradisional
karena masyarakat di negara-negara itu terdiri dari imigran yang telah
mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh sesuatu masyarakat untuk tahap
prasyarat lepas landas.
3. Lepas Landas
Dalam tahap lepas landas pertumbuhan merupakan peristiwa yang selalu
terjadi. Awal dari masa lepas landas adalah masa berlangsungnya perubahan yang
sangat drastis dalam masyarakat, seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan
yang pesat dalam inovasi atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Jadi faktor
penyebabnya dimulainya masa lepas landas berbeda-beda. Yang penting, sebagai
akibat dari perubahan-perubahan ini secara teratur akan tercipta
pembaruan-pembaruan (innovasions) dan peningkatan penanaman modal. Dan,
penanaman modal yang makin bertambah tinggi tingkatnya ini mengakibatkan
tingkat pertambahan pendapatan nasional menjadi bertambah cepat dan akan
melangkahi tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian tingkat pendapatan
perkapita makin lama akan menjadi makin bertambah besar.
Tiga
ciri tahap lepas landas
1.
Terwujudnya kenaikan dalam penanaman modal
yang produktif dari lebih kurang 5 persen menjadi 10 persen dari Produk
Nasional Neto (Neto Natioanl Product atai
NNP).
2.
Terjadinya peningkatan satu atau bebrapa
sektor industri dengan tingkat laju perkembangan yang tinggi.
3.
Adanya suatu Platform politik, sosila, dan institusional baru yang akan menjamin
berlangsungnya segala tuntutan perluasan di sektor modern, dan potensi ekonomi
ekstern (external economies) yang
ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas, sehingga pertumbuhan dapat
terus-menerus berjalan.
Dalam
ciri yang ke-tiga di atas termasuk pula kemampuan untuk mengerahkan modal dari
sumber-sumber dalam negeri, karena kenaikan tabungan dalam negeri besar sekali
peranannya dalam menciptakan tahap lepas landas. Inggris dan Jepang misalnya,
mencapai masa lepas landas tanpa sedikitpun mengimpor modal.
Rostow menekankan tentang perlunya
kenaikan tingkat penanaman modal sebagai prasyarat untuk mencapai lepas landas
karena hanya dengan terciptanya keadaan tersebut perekonomian dapat berkembang
lebih laju daripada tingkat pertambahan penduduk. Misalkan suatu perekonomian
mengalami pertambahan penduduk sebesar 1 sampai 1,5 persen dan rasio modal
produksinya (capital output ratio)
adalah 3,5 persen dari pendapatan nasional hanya untuk menjaga agar tingkat kesejahteraan
masyarakat tidak mengalami penurunan. Tingkat penanaman modal sebesar itu akan
menciptakan pertambahan dalam pendapatan nasional sebesar 1 sampai 1,5 persen,
berarti sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, untuk
menciptakan kenaikan tingkatpendapatan perkapita, tingkat penanaman modal yang
diperlukan haruslah lebih besar dari 5,25 persen.
4. Gerakan Ke arah Kedewasaan
Tahap
pembangunan yang berikut adalah gerakan ke arah kedewasaan, yang diartikan oleh
Rostow sebagai: masa di mana masyarakat
sudah efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor produksi
dan kekayaan alamnya.
Dalam tahap ini sektor-sektor
ekonomi berkembang lebih lanjut, sektor-sektor pelopor baru akan muncul untuk
menggantikan pelopor lama yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor
pemimpinan pada tahap gerakan ke arah kedewasaan coraknya ditentukan oleh
perkembangan teknologi, kekayaan alam, sifat tahap lepas landas yang berlaku,
dan juga oleh bentuk kebijakan pemerintah.
Dalam menganalisis ciri-ciri tahap
gerak ke arah kedewasaan, Rostow menekankan penelaahannya kepada corak
perubahan sektor pemimpin dan sektor industri pelopor di beberapa negara yang
sekarang ini telah menjadi negara maju, dan ia menunjukan bahwa di tiap-tiapp negara
tersebut jenis-jenis sektor pemimpin pada tahap sesudah lepas landas berbeda
dengan yang ada pada tahap lepas landas. Di Inggris, misalnya,
industri-industri kecil yang telah mempelopori pembangunan pada tahap lepas
landas telah digantikan oleh industri besi, batu bara, dan peralatan teknik
berat. Sedangkan di Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman dimana pengembangan
jaringan jalan kereta apai memegang peranan penting dalam menciptakan
pembangunan pada tahap lepas landas,
telah digantikan perannya sebagai sektor pelopor oleh industri baja dan
industri peralatan berat.
Selanjutnya Rostow menyinggung
ciri-ciri yang bersifat non-ekonomi dari masyarakat yang telah mencapai tahap gerakan ke arah
kedewasaan dan yang hampir memasuki tahap berikutnya. Ciri-ciri tersebut
adalah:
1. Struktur
dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor industri
bertambah penting, sedang sektor pertanian menurun. Kemahiran dan kepandaian para pekerja bertambah tinggi.
2. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami
perubahan. Peranan manajer profesional kian
bertambah penting dan menggantikan kedudukan pengusaha yang merangkap
jadi pemilik.
3. Masyarakat
secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh
industrialisasi. Dan kritik-kritik terhadapnya
mulai timbul.
5. Tahap Konsumsi Tinggi
Tahap
terakhir dalam teori pertumbuhan Rostow adalah tahap konsumsi tinggi, yaitu
masa dimana perhatian masyarakat lebih menekankan kepada masalah-masalah
konsumsi dan kesejahteraan, dan bukan lagi kepada masalah produksi. Dalam tahap
ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat yang saling bersaing untuk
mendapatkan sumber daya yang tersedia dan dukungan politik, yaitu:
1. Memperbesar
kekuasaan dan pengaruh negara ke luar negeri, dan kecenderungan ini umumnya berwujud
penaklukan negara-negara lain.
2. Menciptakan
welfare state, yaitu kemakmuran yang
lebih merata bagi penduduk dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian
pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan progresif. Dalam sistem
perpajakan seperti ini, makin tinggi pendapatan makin besar pula tingkat pajak
atas peningkatan itu.
3. Mempertinggi
tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi keperluan utama yang sederhana
seperti makanan, pakaian, dann perumahan menjadi konsumsi barang-barang tahan
lama dan mewah.
TEORI ROSTOW
TEORI ROSTOW
Menjelaskan bahwa modernisasi merupakan proses bertahap, dimana
masyarakat akan berkembang dari masyarakat tradisional dan berakhir pada
tahap masyarakat dengan konsumsi tinggi. Pada masa tradisional hanya
mengalami sedikit perubahan sosial, atau mengalami kemandegan sama
sekali. Kemudian berlahan-lahan Negara mengalami perubahan dengan adanya
kaum usahawan, perluasan pasar, pembangunan industri. Perubahan ini
adalah prakondisi untuk mencapai tahap selanjutnya yaitu tahap lepas
landas.
Kekurangan dari Teori
1. Sering terjadi pertumbuhan
ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh teori ekonomi ini.
Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh pertumbuhan
penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah
sebuah Negara menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal
landas.
2. Dengan dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan
mobilisasi seluruh kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga
mencapai tingkat investasi produktif sebesar 10% dari pendapatan
nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi eksploitasi
besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentah, tanpa
mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa
yang akan dating. Kerusakan alam justru berakibat pada penurunan ekonomi
masyarakat tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya penyakit,
kerawanan sosial, dsb.
3. Negara yang menerapkan teori ini seringkali
memperoleh sumberdaya modal dari investasi langsung modal asing yang
ditanamkan pada bidang pembangunan prasarana, pembukaan tambang, dan
struktur produktif yang lain. Investasi ini biasanya dalam bentuk
pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari lembaga-lembaga
internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi Natioanl
Corporation). Pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara
berkembang untuk mendanai proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu
terlihat terdapat ketidak seimbangan posisi karena Negara berkembang
tersebut berposisi sebagai debitor, sedangkan Negara asing atau lembaga
asing adalah kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan
sehingga yang tampak, pemerintah Negara berkembang tersebut tidak lebih
hanyalah tangan kanan dari Negara asing atau lembaga asing yang ingin
mensukseskan agenda-agenda politik maupun ekonominya di Negara yang
sedang berkembang. Negara berkembang juga seringkali terjerat utang dan
sulit untuk menyelesaikan persoalan utang sehingga menjadikan mereka
sulit menuju kemajuan yang diharapkan.
4. Tahap tinggal landas
merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan oleh
Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana mengatasi
problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak
memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek
negatif dari sebuah pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti
misalnya efek kesenjangan sosial, distabilitas sosial dan distabilitas
politik yang seringkali justru berakibat pada kehancuran yang mendalam
seperti yang misalnya terjadi di Indonesia.
Kelebihan dari Teori
1.
Memberikan kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi :
1) masyarakat tradisional, 2) masyarakat pra kondisi tinggal landas, 3)
masyarakat tinggal landas, 4) masyarakat kematangan pertumbuhan dan 5)
masyarakat dengan konsumsi biaya tinggi. Tahapan tersebut memberikan
tawaran secara terperinci pada pengambil kebijakan di sebuah Negara
tentang tahapah dan prasyarat dari pencapaian tahapan yang harus dilalui
untuk menjadikan sebuah Negara menjadi lebih maju. Kejelasan teori yang
disampaikan oleh Rostow itulah yang melatarbelakangi banyak Negara
berkembang menerapkan teori ini dalam pembangunan mereka.
2. Petunjuk
jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam
memperoleh sumberdaya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif
yang tinggi. Cara tersebut disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:
a) Dana investasi dari pajak yang tinggi
b) Dana invesatasi dari pasar uang atau pasar modal
c) Melalui perdagangan internasional
d) Investasi langsung modal asing
Sabtu, 18 Mei 2013
Minggu, 12 Mei 2013
Sabtu, 11 Mei 2013
Jumat, 10 Mei 2013
itu DIA...........
eNtahlah....
aQ juga masih menganggap itu,,kesalahanQ,,,,jadi PLIZ berhenti.....!!!!!!!!!
aQ juga masih menganggap itu,,kesalahanQ,,,,jadi PLIZ berhenti.....!!!!!!!!!
Langganan:
Postingan (Atom)